Menjadi Pemuda Yang Dirindu Surga


Semua Muslim tentunya pasti ingin mendapatkan syurga, dan tidak dipungkiri lagi  baik yang beragama Nasrani, Yahudi, dan lain sebagainya pun juga ingin memasuki Syurganya Allah SWT. Akan tetapi mereka salah jalan dan harus diluruskan oleh pemuada muslim yang kreatif dalam mengolah kehidupan ini dan tentunya harus berkualitas Imannya dan Taqwanya. Siapa lagi kalau bukan kita,,,

Banyak dari  kaum Muslimin sendiri menginginkan kehidupan setelah kematian yaitu menuju Syurga akan tetapi berleha-leha untuk mendapatkannya, tidak bersegera untuk meraihnya.

Allah telah memeberikan banyak sekali nikmat kepada hambanya, akan tetapi banyak yang tidak bersyukur kepada Robbul Izzati, malah masih banyak yang tidak sadar atas apa yang Allah berikan kepada mereka, dan perlu diketahui ada dua nikmat yang mana banyak orang lalai di dalamnya,

Rosulullah Shalallahu “alaihi Wa Salam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412)

Oleh sebab itu marilah kita bersyukur disetiap hari kita, waktu kita, detik kita kepada Allah Ta’ala.

Di zaman para sahabat terdahulu ada satu sahabat yang bernama Uwais Al Qorni  beliau hidup dizaman Rosulullah akan tetapi tidak bertemu dengan Rosulullah. Walaupun tidak bertemu Rosulullah, sahabat ini dijuluki dengan “Majhulun Fil Ardi Wa Ma’rifatun Fis Samak” (Tidak Terkenal Di Bumi Melainkan Terkenal Di Penduduk Langit) beliau sudah sukses menjadi pemuda yang dirindu Syurga. Bagaimana dengan kita?

Apakah sudah menjadi pemuda yang dirindu Syurga atau malah  justru dibenci Syurga?

Lantas bagaimana agar menjadi pemuda diyang dirindu Syurga?

Berikut adalah kiat-kiat agar “Menjadi Pemuda yang Dirindu Syurga”

1. Birrul Walidain

Sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam surat An Nisa ayat 36

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”  (QS. An Nisa ayat 36)

2. Menjadi Pribadi yang Mudah Memaafkan

 Allah Ta’ala berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ( ) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS.Ali Imron : 133-134)

3. Senang Bersedekah

Bersedekah merupakan anjuran Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, karena bersedekah bisa mensucikan harta-harta kita yang didalamnya ada kewajiban untuk dishodaqohkan. Dan ingat ketika kita bershodaqoh harta kita tidak akan habis malah akan bertambah. Entah itu dibayar oleh Allah kontan di dunia ataupun dibalas diakhirat sebagai tabungan.

 4. Menjaga Lisan

Banyak dari kita masih sering tidak menjaga lisan. Entah itu menggunjing teman sendiri, berucap kotor, sering memaki-maki orang dan lain sebagainya. Dengan itu semua apabila kita sudah beriman kepada Allah dan hari akhir maka diharuskan kepada kita untuk berbicara yang baik. Jikalau kita belum bisa berbicara yang baik sebaiknya kita diam, dan itu lebih menjaga diri.

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيراً أو ليصمت

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. [Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]

Tatkala membaca hadist tersebut, ada semacam hentakan yang membuat saya harus terpekur. Lama. Betapa Rasulullah ternyata sangat menekankan arti 'perkataan yang baik.' Bahkan beliau meminta, kalau memang kita tidak bisa mengeluarkan sesuatu yang bernapaskan kebaikan, sebaiknya diam sajalah!

Lalu, mengapa sebagai sosok yang mengaku umatnya, meneladaninya, hingga detik ini saya masih suka ceplas-ceplos, mengeluarkan perkataan yang tidak ada gunanya? Sesungguhnya, Allah menciptakan dua mata, dua telinga dan hanya satu mulut. Artinya, melihat dan mendengar itu semestinya memiliki proporsi lebih besar daripada berbicara. Sementara, begitu banyak orang-orang yang 'hanya bisa bicara' mengkritik sana, mengkritik sini; memaki sana memaki sini; menggunjing sana menggunjing sini. Dan, alangkah malangnya, karena mungkin saya pun termasuk orang yang 'lebih banyak bicara' yang tanpa guna.

Padahal, Rasulullah bersabda, "Rasulullah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga, lalu beliau menjawab, 'Taqwa kepada Allah dan akhlaq yang baik.' Beliau juga ditanya tentang perkara yang paling banyak mengantarkan orang masuk ke neraka, beliau menjawab, 'Mulut dan kemaluan." (HR Tirmidzi).

Menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat ternyata sangat dianjurkan oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dengan itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِه 

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: "Seorang muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya” 

5. Saling Mencintai Sesama Muslim

Mencintai sesama Muslim merupakan hal yang diwajibkan kepada umat Islam itu sendiri. Dengan mencintai sesame Muslim akan menumbuhkan tali erat persaudaraan.

Apabila kita belum bisa mencintai seorang Muslim, dengan itu semua tanpa kita sadari ternyata iman kita belum dikatakan sempurna jikalau tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Akan tetapi mencintai disini bukan dalam hal yang dilarang oleh Allah Ta'ala tentunya.

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه

Dari Anas r.a. bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”

6. Menginfakkan Harta Yang Paling Dicintai

Pasti setiap kita memiliki barang yang paling kita cintai. Nah menginfakkan harta yang paling dicintai kepada orang yang tidak mampu dalam kehidupan sehari-hari atau tidak memiliki baju yang layak untuk dipakai merupakan hal yang bias menjadikan kita termasuk pemuda yang dirindu syurga.

7. Berbuat Baik Kepada Anaka Yatim dan Orang Miskin

Berbuat baik kepada sesame Muslim adalah bukti cinta kita kepada saudara kita. Baik dalam bentuk materi dan lain sebagainya. Dan apabila kita ingin selalu dibantu dalam segala urusan oleh Allah Ta’ala maka syaratnya adalah saling membantu sesama saudara Muslim.

Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

والله في عون العبد ما كان العبد في عون اخيه

“Sesungguhnya Allah senantiasa menolong seorang hamba jikalau hamba tersebut menolong saudaranya.”


8. Berbuat Baik Kepada Tetangga

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيراً أو ليصمت , ومن كان يوم بالله واليوم الاخر فليكرم جاره , ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليكرم ضيفه 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. [Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]


Wallahu A’lam,,,

Berbagi

Posting Komentar